Latihan di Kem PULADA

Latihan di Kem PULADA

Friday, July 25, 2008

Menggapai Kesabaran Dalam Keluarga

Pada zaman Khalifah Al-Manshur, salah seorang menterinya, Al-Ashma'i, melakukan perburuan. Kerana terlalu asyik mengejar haiwan buruan, dia terpisah dari kelompoknya dan tersesat di tengah padang sahara.

Ketika rasa haus mulai mencekiknya, di kejauhan dia melihat sebuah khemah. Terasing dan sendirian. Dia memacu kudanya ke arah sana dan menemukan penghuni yang memukau; wanita muda dan jelita. Dia meminta air. Wanita itu berkata, "Ada air sedikit, tetapi aku persiapkan hanya untuk suamiku. Ada sisa minumanku. Kalau engkau ingin, ambillah".

Tiba-tiba wajah wanita itu tampak berwaspada. Dia memandang kepulan debu dari kejauhan. "Suamiku datang," katanya. Wanita itu kemudian menyiapkan air minuman dan kain pembersih. Lelaki yang datang itu lebih mudah disebut "manusia kasar". Seorang tua yang jelek dan menakutkan. Mulutnya tidak henti-hentinya mengherdik isterinya. Tidak satu pun perkataan keluar dari mulut perempuan itu. Dia membersihkan kaki suaminya, menyerahkan minuman dengan khidmat, dan memimpinnya dengan mesra masuk ke khemah.

Sebelum pergi, Al-Ashma'i bertanya, "Engkau muda, cantik, dan setia. Kombinasi yang jarang sekali terjadi. Mengapa engkau korbankan dirimu untuk melayani lelaki tua yang berakhlak buruk".

Jawapan wanita itu mengejutkan Al-Ashma'i, "Rasulullah bersabda, agama itu terdiri dari dua bahagian: syukur dan sabar. Aku bersyukur kerana Allah telah menganugerahkan kepadaku kemudaan, kecantikan, dan perlindungan. Ia membimbingku untuk berakhlak baik. Aku telah melaksanakan separuh agamaku. Kerana itu, aku ingin melengkapi agamaku dengan separuhnya lagi, yakni bersabar."

Empat Bidang Kesabaran

Kesabaran dapat melahirkan keajaiban. Salah satunya tergambar dalam kisah di atas. Dengan kesabaran, wanita cantik tadi mampu berbakti kepada suaminya yang berakhlak buruk. Sesuatu yang terkadang sukar dicerna oleh rasional.

Tidak diragukan lagi, kesabaran adalah satu tiang penting dalam pernikahan setelah lurusnya niat. Kekal tidaknya sebuah pernikahan sangat ditentukan oleh seberapa jauh tingkat kesabaran yang dimiliki suami isteri. Makin banyak bekal kesabaran yang dimiliki, maka akan makin kukuh pula bangunan pernikahan yang dijalani. Tapi makin sedikit kesabaran yang dimiliki, maka makin besar pula kemungkinan hancurnya sebuah pernikahan.

Demikian pentingnya sabar dalam pernikahan, ada orang mengatakan; "Bila sebelum nikah kesabaran kita hanya satu, maka setelah nikah kesabaran kita harus seratus." Persoalannya, kesabaran bagaimanakah yang harus kita miliki dalam menjalani pernikahan?

Ada Empat Macam Bidang Kesabaran

Pertama :

Sabar menghadapi kekurangan pasangan. Pernikahan adalah kesimpulan terakhir setelah seseorang mempertimbangkan semua kekurangan dan kelebihan pasangan. Tidak pada tempatnya bila setelah menikah seorang suami mengeluhkan kekurangan yang ada pada isterinya. Demikian pula sebaliknya. Masing-masing harus menerima kekurangan atau kelebihan pasangannya dengan penuh kesabaran. Pernikahan adalah perantaraan untuk saling melengkapi, bukan untuk saling mengalahkan.

" Wahai sekalian manusia! Bertakwalah kepada Tuhan kamu yang telah menjadikan kamu (bermula) dari diri yang satu (Adam) dan yang menjadikan daripada (Adam) itu pasangannya (isterinya iaitu Hawa) dan juga yang membiakkan dari keduanya zuriat keturunan, lelaki dan perempuan yang ramai dan bertakwalah kepada Allah yang kamu selalu meminta dengan menyebut-nyebut namaNya, serta peliharalah hubungan (silaturahim) kaum kerabat; kerana sesungguhnya Allah sentiasa memerhati (mengawas) kamu. "

QS An-Nisaa' : 1

Salah satu hakikat sabar dalam pernikahan adalah menghilangkan keluh kesah pada saat tidak enaknya menghadapi segala kekurangan. Tidak ada keluh kesah selain pada Allah SWT. Kerana itu, Rasulullah SAW mengingatkan bahawa sesiapa sahaja yang menikah kerana ketampanan atau kecantikan, maka satu saat rupa tersebut akan menghinakannya. Kecantikan dan ketampanan itu sementara sifatnya, tidak kekal. Ketika belum menikah, pasangan kita begitu cantik, tapi setelah mempunyai anak maka kecantikan itu akan semakin menurun untuk kemudian hilang sama sekali setelah tua. Tanpa adanya kesabaran, sebuah rumahtangga tidak akan bertahan lama.

Kedua :

Sabar menghadapi godaan. Rumahtangga itu laksana perahu. Untuk mencapai pula kebahagiaan di syurga, perahu itu harus belayar mengharungi luasnya samudera masalah. Indahnya pernikahan analog dengan indahnya pantai. Namun jangan lupa, sesiapa sahaja siapa yang bertolak dari pantai untuk menyeberangi lautan, maka ia akan menemukan ganasnya ombak. Sesiapa saja yang tidak membawa bekal dan persiapan yang matang, tidak mustahil bahtera rumahtangganya akan karam ditelan gelombang.

Nikah adalah ikatan yang teramat suci lagi kuat, mitsaqan ghalidza, sehingga jangan dinodai dengan saling menyakiti. Dalam Al-Quran, kata mitsaqan ghalidza dipakai untuk menyebutkan ikatan antara Allah dengan RasulNya. Tidak akan pernah sukses seorang suami yang sering menyakiti isterinya. Walau awalnya bergelimang harta, sukses dalam kerjaya, tetapi pada suatu saat ia akan menemui kehancuran. Begitu pula seorang isteri yang tidak taat dan selalu menyakiti suaminya, hidupnya tidak akan berkah dan bahagia.

Kerana itu, suami isteri harus mempunyai komitmen untuk saling setia. Inilah hakikat mitsaqan ghalidza. Sehingga, menjaga tali pernikahan agar tetap kukuh adalah jihad akbar. Arasy' tidak akan bergoncang saat seseorang meninggalkan shaum wajib, tidak akan bergoncang saat seseorang lalai dalam sholat, namun ia akan bergoncang tatkala sepasangan suami isteri memutuskan untuk bercerai.

Pernikahan itu menandai bersatunya darah daging suami dan isteri. Kerana sudah bersatu, maka tidak mungkin lagi ada rahsia. Syurga boleh terbuka kerana pernikahan, dan neraka pun boleh terbuka lebar kerana pernikahan. Orang yang menyayangi isteri atau suaminya, mereka akan disayangi Yang Maha Penyayang. Rasulullah SAW bersabda;

" Orang-orang yang kasih sayang (al-rahimun) akan dikasih sayangi oleh yang Maha Kasih Sayang (Al-Rahman). Kerana itu kasih sayangilah manusia dibumi maka Dia yang di langit akan kasih-sayang kepadamu".

Ketiga :

Sabar menghadapi kekurangan dan keterbatasan rezeki . Berapa pun rezeki yang kita dapat , kita harus mampu mensyukurinya . Dengan syukur itulah Allah akan menolong rumahtangga kita dan melipat gandakan rezeki yang kita dapatkan . Allah SWT berfirman ;

" Sesungguhnya jika kamu bersyukur , pasti Kami akan menambah ( nikmat) kepadamu , dan jika kamu mengingkari ( nikmatKu), maka sesungguhnya azabKu sangat pedih "

QS Ibrahim : 7

Keempat :

Sabar menghadapi keluarga dari pihak suami atau isteri. Dalam sebuah hadith, Rasulullah SAW mengungkapkan bahawa pernikahan itu mengawali bertemunya dua keluarga besar . Kerana pertemuan dua keluarga, maka yang nikah bukan aku , tetapi kami . Berkaitan dengan hal ini , Imam Syafi 'i menganjurkan agar orang tua memilihkan jodoh untuk anaknya , dengan catatan anaknya harus saling mencintai .

Sesiapa pun yang akan menikah, maka ia harus sedia mempunyai dua ayah dan dua ibu . Ia pun harus bersedia menghurmati mertua sebagaimana menghurmati kedua orangtuanya.

"Wahai sekalian manusia! Bertakwalah kepada Tuhan kamu yang telah menjadikan kamu (bermula) dari diri yang satu (Adam) dan yang menjadikan daripada (Adam) itu pasangannya (isterinya iaitu Hawa) dan juga yang membiakkan dari keduanya zuriat keturunan, lelaki dan perempuan yang ramai dan bertakwalah kepada Allah yang kamu selalu meminta dengan menyebut-nyebut namaNya, serta peliharalah hubungan (silaturahim) kaum kerabat; kerana sesungguhnya Allah sentiasa memerhati (mengawas) kamu."

QS Az-Zumar : 10

Sabar adalah sebuah kenescayaan. Kerana itu, dalam QS Az-Zumar Ayat 10, Allah SWT menjanjikan pahala luar biasa bagi orang yang sabar. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.

Wallahua'lam.

No comments:

Kesihatan

Asthma


Asthma is a chronic condition involving the respiratory system in which the airways occasionally constrict, become inflamed, and are lined with excessive amounts of mucus, often in response to one or more triggers. These episodes may be triggered by such things as exposure to an environmental stimulant such as an allergen, environmental tobacco smoke, cold or warm air, perfume, pet dander, moist air, exercise or exertion, or emotional stress. In children, the most common triggers are viral illnesses such as those that cause the common cold.

This airway narrowing causes symptoms such as wheezing, shortness of breath, chest tightness, and coughing. The airway constriction responds to bronchodilators. Between episodes, most patients feel well but can have mild symptoms and they may remain short of breath after exercise for longer periods of time than the unaffected individual. The symptoms of asthma, which can range from mild to life threatening, can usually be controlled with a combination of drugs and environmental changes.

Pathophysiology


In asthma, constriction of the airways occurs due to bronchoconstriction and bronchial inflammation. Bronchoconstriction is the narrowing of the airways in the lungs due to the tightening of surrounding smooth muscle. Bronchial inflammation also causes narrowing due to oedema and swelling caused by an immune response to allergens.

Inflamed airways and bronchoconstriction in asthma. Airways narrowed as a result of the inflammatory response cause wheezing.

Emergency


When an asthma attack is unresponsive to a patient's usual medication, other treatments are available to the physician or hospital:

  • Oxygen to alleviate the hypoxia (but not the asthma itself) that results from extreme asthma attacks.
  • Nebulized salbutamol terbutaline (short-acting beta-2-agonists), often combined with ipratropium (an anticholinergic).
  • Systemic steroids, oral or intravenous (prednisone, prednisolone, methylprednisolone, dexamethasone, or hydrocortisone). Some research has looked into an alternative inhaled route.
  • Other bronchodilators that are occasionally effective when the usual drugs fail:
    • Intravenous salbutamol
    • Nonspecific beta-agonists, injected or inhaled (epinephrine, isoetharine, isoproterenol, metaproterenol)
    • Anticholinergics, IV or nebulized, with systemic effects (glycopyrrolate, atropine, ipratropium)
    • Methylxanthines (theophylline, aminophylline)
    • Inhalation anesthetics that have a bronchodilatory effect (isoflurane, halothane, enflurane)
    • The dissociative anaesthetic ketamine, often used in endotracheal tube induction
    • Magnesium sulfate, intravenous
  • Intubation and mechanical ventilation, for patients in or approaching respiratory arrest.
  • Heliox, a mixture of helium and oxygen, may be used in a hospital setting. It has a more laminar flow than ambient air and moves more easily through constricted airways.

Epidemiology


Asthma is usually diagnosed in childhood. The risk factors for asthma include:

  1. A personal or family history of asthma or atopy
  2. Triggers (see Pathophysiology above)
  3. Premature birth or low birth weight
  4. Viral respiratory infection in early childhood
  5. Maternal smoking
  6. Being male, for asthma in prepubertal children
  7. Being female, for persistence of asthma into adulthood

History


Asthma was long considered a psychosomatic disease, and
... during the 1930s–50s, was even known as one of the 'holy seven' psychosomatic illnesses. At that time, psychoanalytic theories described the aetiology of asthma as psychological, with treatment often primarily involving psychoanalysis and other 'talking cures'. As the asthmatic wheeze was interpreted as the child's suppressed cry for his or her mother, psychoanalysts viewed the treatment of depression as especially important for individuals with asthma